Setelah Lulus dari SLTP Negeri 3 Pematangsiantar dengan predikat "Memuaskan ",terpintas dibenakku untuk melanjutkan sekolah ke sekolah bahasa khususnya bahasa inggris.Saya sangat suka berbahasa inggris.
Berhubung karena tidak adanya sekolah menengah atas yang memfokuskan kurikulum pendidikannya di subyek itu maka aku disarankan untuk melanjutkan sekolah pariwisata SMIP USI oleh Rosliana kakakku.
Entah mengapa saya mengatakan " ya ", karena memang saya adalah tipe orang yang selalu susah dalam mengambil keputusan " Plin Plan " .
Akhirnya saya memulai dunia baru di SMIP USI terhitung dari tahun 2002. Kesan Pertama adalah " ANEH ", saya bertemu dengan orang - orang pendatang ( orang - orang yang domisilinya diluar kota siantar).Hampir 85 % siswa SMIP USI berasal dari luar kota siantar ( Kabanjahe, Saribudolok, Balige , Samosir, Tarutung, Tebing Tinggi, dll ).
Dengan Kondisi yang demikian baru, buat saya sangat berat, risih , sekaligus menantang buat dijalani. Ada banyak keuntungan yang saya dapatkan, seperti saya sedikit tahu tentang " Batak Simalungun " baik itu bahasa , adat, serta ruang lingkupnya.( Saya sendiri adalah Batak Toba ) . Namun Ada juga hal yang kurang enak untuk saya sebutkan ( maaf ya..buat teman - teman ), ketika saya berbaur di luar ruang lingkup sekolah , saya menerima ledekan dari teman - teman sekampung , rekan kerja, dan teman- teman yang domisilinya di kota Siantar dan tidak bersekolah di SMIP USI, katanya, " eh, teman - teman kamu kok kebanyakan orang kampung sih...eh kamu 'bencong ' ya...( karena di SMIP USI memang jumlah Siswi 80 % dari Siswa ).
Masih banyak lagi ledekan yang mereka katakan. Hal itu kadang membuat saya " minder ".
Di SMIP USI saya berhasil mengadaptasikan diri dengan kondisi yang ada dan bisa dikatakan mendapat kepercayaan dari Sekolah tersebut, saya bisa menaklukkan hati Guru - guru dan Relatif siswa/i nya.
Ditahun 2005 saya mengakhiri hubungan itu karena saya harus menamatkan diri sebagai siswa sekolah menengah. Setelah itu Kehidupan saya berbalik 85 %, karena apa yang saya dapatkan di disekolah tidak sesuai dengan profesi yang saya jalankan sekarang.
Kadang saya bertanya kepada diri sendiri, Apakah saya Anak SMIP ?, apakah keputusan saya untuk bersekolah di SMIP adalah salah " ? kembali saya tidak mampu menjawab pertanyaan itu, karena saya memang orang yang " Plin Plan ".
Namun satu hal yang tidak bisa saya pungkiri bahwa SMIP telah membantu saya untuk lebih mandiri, dan Membuka mata saya untuk melihat tentang sosok " DUNIA " dengan caranya sendiri.
Saya masih merindukan suasana ketika masih berseragam putih hitam dengan dasi dan sepatuh putihnya Si SMIP USI.
Penulis :
Firman MS
*dari berbagai sumber