SMIP USI mengidap penyakit komplikasi.

Dunia Pariwisata memang sebuah bidang yang sangat menjanjikan lapangan pekerjaan bagi orang - orang yang menggelutinya. Betapa tidak, Negara kita adalah negara yang kaya akan keindahan alam, keanekaragaman hayati, budaya dan sebagainya yang mungkin tidak dimiliki oleh negara-negara lain.
Berhubungan dengan itu , Pemerintah tentunya telah membuat lembaga pendidikan untuk menempah Sumber Daya Manusia yang berkwalitas untuk mengelola Pariwisata tersebut, Baik itu Sekolah, Akademi bahkan Kegiatan-kegiatan lain yang tentunya bertujuan semata-mata untuk meningkatkan nilai Pariwisata tersebut.

Pematangsiantar, kota ini mempunyai Dua Sekolah Pariwisata yakni , SMIP Swasta PARBINA dan SMIP swasta Yayasan USI,tapi yang masih eksis sampai sekarang hanya SMIP Swasta Yayasan USI..

Ironis, SMIP USI sebagai satu-satunya sekolah Pariwisata di Pematangsiantar ternyata telah diambang kehancuran..Menurut pengamatan saya dari tahun 2002 sampai sekarang jumlah anak didik sekolah ini menurun drastis.

Sungguh sebuah realita Dunia Pendidikan yang memprihatinkan ditengah-tengah meningkatnya dunia industri pariwisata dan Sumber Daya Alam yang dimiliki Sumatera Utara terbilang memiliki nilai jual yang tidak kalah dengan daerah lain bahkan dalam skala Internasiaonal.

" Sekedar mengingat kembali "
Di waktu saya bersekolah Di SMIP USI, sedikit banyaknya saya mengerti dan paham kondisi itu, karena saya melihat sendiri bagaimana kinerja tenaga pengajarnya, Birokrasinya,Metode mengajarnya,sampai bagian kecilpun saya masih bisa merasakannya.

Dulu saya masih ingat, bagaimana letihnya mengelilingi Kota Pematangsiantar untuk mempromosikan SMIP USI, masuk dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain, berbicara laksana Sales Promotion yang memperjualkan dagangannya sampai tenggorokan kering dan suara rasanya akan habis.Menebarkan selebaran di setiap pojok jalanan, mengikuti seminar atau kegiatan organisasi kesiswaan, Silaturahmi antar Sekolah sampai menghadiri undangan Debat, Ceramah bahkan yang bersifat Perayaan - perayaan.Itulah beberapa tindak lanjut yang dibuat oleh pihak sekolah untuk mendapatkan perhatian dan minat anak  anak bangsa tentang dunia Pariwisata.

Wajar saja rasanya kita sebagai Alumnus merasakan keprihatinan dan kekecewaan yang teramat sangat melihat situasi dan kondisi SMIP USI yang diluar dari Harapan.

Banyak pendapat yang saya baca baik itu langsung dari pendapat pribadi maupun dalam bentuk diskusi tidak resmi baik melalui jejaring sosial maupun media lain.Hampir semuanya mempertanyakan keadaan itu, berusaha ingin peduli, ataupun sekedar ikut ambil bagian.

" OMONG KOSONG "

yah...kata itu yang pantas saya ucapkan..
Apapun yang ingin dan hendak kita lakukan akan sia-sia bila Pihak Sekolah tidak produktif,tidak cekatan,  terkesan monoton dan tidak  serius dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga pendidikan.

Ibarat Tubuh Manusia yang dijangkiti Lebih dari satu jenis penyakit (kompleks) akan susah rasanya kembali kekeadaan normal bahkan mustahil untuk lebih baik.Begitulah kondisi yang dihadapi SMIP USI sekarang.

Berhubung yang megang kendali adalah pihak Yayasan, maka kita tidak mampu berperan aktif didalamnya, karena sebelumnya telah dipagari oleh kepentingan pribadi. Jadi " I DON'T CARE "

Seandainya PEMDA punya perhatian akan masalah ini, tentunya SMIP USI tidak akan mengalami hal semacam ini.Karena hanya pemerintahlah yang bisa merubah pola dan struktur kepimimpinan lembaga pendidikan tersebut.

Menurut saya, Pemerintah Daerah ( dalam hal ini  Departemen Pendidikan Daerah )  hendaknya memberikan perhatian lebih, karena SMIP USI adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang bergerak dalam dunia pariwisata yang masih bertahan hingga saat ini.Ketika itu terjadi maka kita bisa lebih bebas membrikan pendapat, berperan lebih aktif tanpa dibatasi birokrasi yang bersifat personal tadi.

Wajar saja Tenaga pengajar kurang kooperatif, wajar saja bila sarana dan prasarana pendidkan lambat mengikuti perkembangan zaman. Karena secara personal, semua harus memenuhi kebutuhan pribadi masing-masing.

Wajar saja contohnya bila kita ingat kembali perjuangan putera daerah untuk memerdekakan daerah simalungun dan tapanuli utara dari belenggu Teritori Sumatera Utara. dari tahun '30-an

Kenapa ?

Saya yakin kita akan lebih makmur dan maju , bagaimana tidak kita memiliki segalanya, kekayaan alam yang melimpah, keindahannya yang menabjubkan, hasil pertanian yang melimpah, apalgi coba...?
realitanya daerah kita dikuras oleh pemerintah daerah yang tidak memberikan umpan balik yang positif bagi daerah kita.

Kembali lagi kepokok permasalahan,
SMIP USI tidak akan berubah kalau tidak ada campur tangan dari pihak Pemerintah Daerah. Kalau kebijakan masih di tangan Yayasan , dalam istiah kita orang siantar, Horaslah........tidak akan ada perubahan.

Oleh karena itu, apabila saya membaca tulisan teman-teman alumnus di beberapa Komunitas GROUP di jejaring sosial, saya tidak pernah memberikan komentar, saya hanya bisa tersenyum, terkesan skeptis, coz it's just like a " NONESENSE ".

saya tidak bermaksud mempengaruhi anda, tapi itulah beberapa argumen yang bisa saya lontarkan berdasarkan realita dan pengalaman pribadi saya selama di SMIP USI.

Yang terpenting yang dapat kita lakukan sebagai Alumnus dan Calon Alumnus adalah mempererat rasa persaudaraan diantara kita. Itulah tandanya kita pernah merasakan hal yang sama, sehingga tidak dapat ditampik kalau kita mempunyai keterikatan batin secara tidak langsung. Masalah Eksistensi SMIP USI, menurut saya tidak begitu penting mendapatkan campur tangan dari kita. Kecuali pihak Sekolah dan Pihak Pemerintah melakukan Evaluasi terhadap kinerja mereka sendiri.

( Ini Opini dari saya sebagai Alumnus, dan semuanya saya rangkum menurut argumen, pengalaman, dan realita yang saya alami selama menjadi anak didik Di SMIP USI, maaf bila tidak sesuai dengan opini dan realita yang anda alami. )

Salam Hangat Para Alumnus dan Calon Alumnus !
Tuhan Memberkati Kita Semua.